Tuesday, October 20, 2009

Kampung Jacky Chan di Aceh


Kampung persahabatan Indonesia-Tiongkok yang lebih terkenal dengan Kampung Jacky Chan terletak di di perbukitan Desa Neuheun, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar, sekitar 17 km dari Banda Aceh.



Mengapa lebih dikenal Kampung Jacky Chan? Padahal, yang membangun pemerintah Tiongkok? Konon yang mensponsori dan menggalang dananya Jacky Chan. Tapi, dalam prasasti disebutkan bahwa Kampung Jacky Chan atau Kampung Persahabatan Indonesia-Tiongkok itu didanai China Charity Federation and Red Cross Society of China. Dan, pelaksanaan pembangunan dilakukan langsung oleh kontraktor dari Tiongkok, yakni Synohydro Coorporation China, yang diresmikan 19 Juli 2007.

Pemerintah Tiongkok membangun 606 unit rumah tipe 42 di areal 22,4 hektare untuk korban tsunami 2004,Pembangunan hunian korban tsunami itu merupakan hasil kesepakatan pemerintah Indonesia dengan pemerintah Tiongkok saat Presiden SBY berkunjung ke negeri itu pada 28 Juli 2005. Kesepakatan itu dilanjutkan oleh donatur masyarakat Tiongkok bekerja sama dengan Kabupaten Aceh Besar. Termasuk dalam hal pemilihan lokasi.

Peletakan batu pertama dilakukan Dubes Tiongkok untuk Indonesia Lian Lik Juan. Pada 19 Juli 2007, kompleks hunian korban tsunami yang menelan dana USD 7 juta (sekitar Rp 65 miliar) itu diresmikan. Pekerjaan senilai USD 7 juta merupakan proyek hibah terbesar Tiongkok di antara daerah yang sama-sama dilanda tsunami.

Nuansa negeri Tiongkok begitu kental saat memasuki gerbang Kampung Jacky chan yang sebenarnya mirip kompleks bungalo, atau vila itu.




Gerbang masuk perumahan cukup lebar dengan ornamen dibuat layaknya memasuki pintu atau gerbang bangunan umumnya di Tiongkok atau kompleks Chinatown di banyak negara. Benar-benar ciri khas Tiongkok. Di sana juga terpampang tulisan ’’Kampung Persahabatan Indonesia-Tiongkok’’ dalam huruf besar-besar di pintu masuk.

Selain bangunan yang tertata rapi, jalan mulus naik turun mengikuti kontur perbukitan sungguh elok. Rumah bantuan pemerintah Tiongkok itu lebih mirip kompleks perumahan elite di Pulau Jawa umumnya.
Apalagi, kualitas bangunan rumah masing-masing bertipe 42 itu cukup bagus. Ditambah lagi, cat warna warni pada setiap blok yang makin menambah indahnya perumahan di perbukitan tersebut.



Tak heran, pemukiman korban tsunami yang dibangun pemerintah Tiongkok di perbukitan itu sangat dikenal warga Banda Aceh, Kampung Jacky Chan sungguh sangat strategis. Selain berada di ketinggian sekira 300 meter, juga berjarak sekira 1,5 kilometer dari pantai. Posisi itu membuat kampung itu relatif aman dari tsunami serta memiliki pemandangan yang elok.Sejauh mata memandang, berada di puncak bukit Desa Neuheun, tempat perumahan korban tsunami sumbangan pemerintah Tiongkok dibangun, semuanya tampak indah. Laut, pantai, pelabuhan, permukiman, dan gunung seakan sambung-menyambung. Panorama dari atas bukit benar-benar memesona.

Tampak Kota Banda Aceh, ibu ota Provinsi Serambi Makkah, dengan rumah-rumah dan gedung tinggi. Lalu, agak sebelah kanan terlihat Pelabuhan Ulee Lheu yang sempat porak-poranda oleh tsunami tampak mulai bangkit.





Tak jauh dari perumahan, deretan pantai berpasir putih nan menawan dan sebelahnya Pelabuhan Malahayati. Jauh nun di sana, sekira 32 kilometer dari pantai, tampak jelas Pulau Weh dengan Pelabuhan Balohan.Kalau malam, sorot mobil yang jalan di Pulau Weh tampak dari atas bukit Perumahan.

Kontur Pulau Weh memang berbukit-bukit. Dari Pelabuhan Balohan yang menjadi pintu masuk kapal penumpang, jalannya terus menanjak ke Sabang, ibuKota Pulau Weh, yang jaraknya sekira 10 km.




Perumahan Jacky Chan juga dilengkapi sarana ibadah dengan masjid yang besar dan indah, ada gedung TK, SD, poliklinik, dan sarana bermain. Mulai lapangan basket, lapangan bola, gedung petemuan, hingga pasar mini. Di setiap tempat itu terpampang tulisan ’’Bangunan ini sumbangan masyarakat Tiongkok’’ lengkap dengan huruf China.



Untuk memenuhi kebutuhan air, semula warga sedikit kesulitan karena lokasinya berada di ketinggian. Namun, BRR (Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi) Aceh-Nias berhasil membangun sumur bor di wilayah itu hingga bisa memenuhi kebutuhan penghuni. Listrik pun menyala 24 jam nonstop

Penghuni Kampung Jacky Chan yang merupakan para korban tsunami 26 Desember 2004 terdiri atas beragam latar belakang profesi dan etnis.Nelayan, penarik becak motor (ojek), pedagang, pegawai, maupun wiraswasta, semua ada di sini. Sebagaian dari Aceh, ada keturunan Aceh-Jawa, Tionghoa, dan suku yang lain. Semua hidup rukun dan saling membantu karena merasa senasib.Misalnya, jika ada penghuni lain yang memiliki keperluan mendadak, ada keluarga atau anaknya sakit, dan tidak ada kendaraan, bisa diantar atau meminjam kendaraan penghuni lain.

Sumber : http://rakyataceh.com -http://sautuqalbi.blogspot.com - http://www.kaltimpost.co.id

Readmore.....“Kampung Jacky Chan di Aceh”

HUBUNGAN SEJARAH ACEH & TIONGKOK

Pembangunan Masjid Raya Baiturrahman dilaksanakan oleh seorang pemborong atau kontraktor Tionghoa yang bernama Lie A Sie



Catatan sejarah tertua dan yang pertama mengenai kerajaan-kerajaan di Aceh, didapati dari sumber-sumber tulisan sejarah Tiongkok. Dalam catatan sejarah dinasti Liang (506-556), disebutkan adanya suatu kerajaan yang terletak di Sumatra Utara pada abad ke-6 yang dinamakan Po-Li dan beragama Budha. Pada abad ke-13 teks-teks Tiongkok (Zhao Ru-gua dalam bukunya Zhu-fan zhi) menyebutkan Lan-wu-li (Lamuri) di pantai timur Aceh. Dan pada tahun 1282, diketahui bahwa raja Samudra-Pasai mengirim dua orang (Sulaiman dan Shamsuddin) utusan ke Tiongkok.

Didalam catatan Ma Huan (Ying-yai sheng-lan) dalam pelayarannya bersama dengan Laksamana Cheng Ho, dicatat dengan lengkap mengenai kota-kota di Aceh seperti, A-lu (Aru), Su-men-da-la (Samudra), Lan-wu-li (Lamuri). Dalam catatan Dong-xi-yang- kao (penelitian laut-laut timur dan barat) yang dikarang oleh Zhang Xie pada tahun 1618, terdapat sebuah catatan terperinci mengenai Aceh modern.

Kerajaan Samudra-Pasai adalah sebuah kerajaan dan kota pelabuhan yang ramai dikunjungi oleh para pedagang dari Timur Tengah, India sampai Tiongkok pada abad ke 13 -16. Samudra Pasai ini terletak pada jalur sutera laut yang menghubungi Tiongkok dengan negara-negara Timur Tengah, dimana para pedagang dari berbagai negara mampir dahulu /transit sebelum melanjutkan pelayaran ke/dari Tiongkok atau Timur Tengah, India.

Kota Pasai dan Perlak juga pernah disinggahi oleh Marco Polo (abad 13) dan Ibnu Batuta (abad 14) dalam perjalanannya ke/ dari Tiongkok. Barang dagangan utama yang paling terkenal dari Pasai ini adalah lada dan banyak diekspor ke Tiongkok, sebaliknya banyak barang-barang Tiongkok seperti Sutera, Keramik, dll. diimpor ke Pasai ini. Pada abad ke 15, armada Cheng Ho juga mampir dalam pelayarannya ke Pasai dan memberikan Lonceng besar yang tertanggal 1409 (Cakra Donya) kepada raja Pasai pada waktu itu .Lonceng Cakra Donya ini telah menjadi benda sejarah kebanggaan orang Aceh hingga sekarang. Lonceng ini juga juga merupakan bukti dan simbol hubungan bersejarah antara Tiongkok dan Aceh sejak abad ke-15.

Samudra Pasai juga dikenal sebagai salah satu pusat kerajaan Islam (dan Perlak) yang pertama di Indonesia dan pusat penyebaraan Islam keseluruh Nusantara pada waktu itu. Ajaran-ajaran Islam ini disebarkan oleh para pedagang dari Arab (Timur Tengah) atau Gujarat (India), yang singgah atau menetap di Pasai.

Dikota Samudra Pasai ini banyak tinggal komunitas Tionghoa, seperti adanya "kampung Cina", seperti ditulis dalam Hikayat Raja-raja Pasai. Jadi jauh sebelum kerajaan Aceh Darussalam berdiri,komunitas Tionghoa telah berada di Aceh sejak abad ke-13. Karena Samudra Pasai ini terletak dalam jalur perdagangan dan pelayaran internasional serta menjadi pusat perniagaan internasional, maka berbagai bangsa asing lainnya menetap dan tinggal disana yang berkarakter kosmopolitan dan multietnis.

Tome Pires menyebutkan bahwa kota Pasai adalah kota penting yang berpenduduk 20.000 orang. Pada tahun 1524 Samudra Pasai ditaklukan oleh Sultan Ali Mughayat Syah dari kerajaan Aceh Darussalam dan sejak itu Samudra Pasai merosot dan pudar pamornya untuk selamanya.

Puncak kejayaan Kerajaan Aceh Darussalam adalah ketika pada jaman Sultan Iskandar Muda (1607-36), Aceh pada waktu jaman Iskandar Muda ini adalah negara yang paling kuat diseluruh Nusantara. Ia meluaskan wilayah kekuasaannya dan memerangi Portugis, Kesultanan Johor, Pahang dll. Aceh juga merupakan sebuah negara maritim dan sebagai salah satu pusat perdagangan internasional. Banyak pedagang asing singgah dan menetap di Aceh, seperti dari Arab, Persia, Pegu, Gujarat, Jawa, Turki, Bengali, Tionghoa, Siam,Eropah dll.

Di kota kerajaan ini (Banda Aceh sekarang), banyak dijumpai perkampungan- perkampungan dari berbagai bangsa, seperti kampung Cina, Portugis, Gujarat,Arab, Pegu, Benggali dan Eropah lainnya. Kota Aceh ini benar-benar sebuah kota kosmopolitan yang berkarakter internasional dan multietnis. Seperti di Samudra Pasai, Aceh juga banyak menghasilkan Lada yang diekspor ke Tiongkok.

Pada waktu itu orang Aceh juga telah menguasai pembuatan dan pengecoran meriam, oleh karena itu tidak semua meriam yang ada di Aceh adalah buatan luar negeri (seperti meriam buatan Turki atau Portugis). Orang Aceh mendapatkan ilmu pembuatan meriam ini dari orang Tionghoa (Kerajaan Aceh, Denys Lombard). Demikian juga dengan pertenakan sutera yang sudah dikuasai oleh orang Aceh yang kemungkinan besar diperkenalkan oleh orang-orang Tionghoa.

Pengganti Sultan Iskandar Muda adalah mantunya sendiri yang bernama Sultan Iskandar Thani (1636-41). Periode pemerintahan Iskandar Thani ini adalah awal dari kemerosotan Kerajaan Aceh Darussalam, periode pemerintahannya juga sangat singkat. Iskandar Thani tidak melakukan politik ekspansi wilayah lagi seperti mertuanya dan lebih memusatkan kepada pengetahuan dan ajaran Islam.

Pernah pada jaman Sultan Iskandar Thani ini orang Tionghoa dikenakan larangan untuk tinggal di wilayahnya, karena dianggap memelihara babi. Pada jaman Iskandar Thani ini di ibukota kerajaan telah dibangun sebuah taman yang dinamakan "Taman Ghairah", seperti yang dikisahkan dalam buku Bustan us-Salatin karangan Nuruddin ar-Raniry (orang Gujarat, penasihat Sultan, ahli tasawuf). Diceritakan bahwa didalam taman itu telah dibangun sebuah "Balai Cina" (paviliun) yang dibuat oleh para pekerja orang Tionghoa.

Peranan orang Tionghoa dibidang perdagangan di Aceh diperkirakan bertambah besar pada paruh kedua abad ke-17. Selain ada yang tinggal dan berdagang secara permanen di ibukota Aceh ini, ada juga pedagang musiman yang datang dengan kapal layar (10-12 kapal sekali datang) pada bulan-bulan tertentu seperti pada bulan Juli. Kapal- kapal (Jung) Tionghoa tersebut juga membawa beras ke Aceh (impor beras dari Tiongkok). Mereka tinggal dalam perkampungan Cina dekat pelabuhan, yang sekarang mungkin lokasinya disekitar "Peunayong" (Pecinan Banda Aceh).

Bersama dengan kapal itu juga datang para pengrajin bangsa Tionghoa seperti tukang kayu, mebel, cat dll. Begitu tiba mereka mulai membuat koper, peti uang, lemari dan segala macam lainnya. Setelah selesai mereka pamerkan dan jual didepan pintu rumah. Maka selama dua atau dua bulan setengah berlangsunglah "pasar (basar) Cina" yang meriah. Toko-toko penuh sesak dengan barang dan seperti biasanya orang-orang Tionghoa ini tidak lupa juga untuk bermain judi seperti kebiasaannya. Pada akhir september, mereka berlayar kembali ke Tiongkok dan baru kembali lagi tahun depannya. Barang-barang dari Tiongkok ini ada beberapa diantaranya diekspor ke India.(Kerajaan Aceh, Denys Lombard)

Cakra Donya

Lonceng atau genta yang terkenal dan termasyhur (icon kota Banda Aceh) ini sekarang diletakkan di Musium Aceh, Banda Aceh. Lonceng yang dibawa oleh Cheng Ho ini adalah pemberian Kaisar Tiongkok, pada abad ke-15 kepada Raja Pasai. Ketika Pasai ditaklukkan oleh Aceh Darussalam pada tahun 1524, lonceng ini dibawa ke Kerajaan Aceh. Pada awalnya lonceng ini ditaruh diatas kapal Sultan Iskandar Muda yang bernama "Cakra Donya" (Cakra Dunia) waktu melawan Portugis, maka itu lonceng ini dinamakan Cakra Donya.



Kapal Cakra Donya ini bagaikan kapal induk armada Aceh pada waktu itu dan berukuran sangat besar, sehingga Portugis menamakannya "Espanto del Mundo" (teror dunia). Kemudian Lonceng yang bertuliskan aksara Tionghoa dan Arab (sudah tak dapat dibaca lagi aksaranya sekarang) ini diletakkan dekat mesjid Baiturrahman yang berada dikompleks Istana Sultan. Namun sejak tahun 1915 lonceng ini dipindahkan ke Musium Aceh dan ditempatkan didalam kubah hingga sekarang (halaman Musium). Lonceng Cakra Donya ini telah menjadi benda sejarah kebanggaan orang Aceh hingga sekarang. Lonceng ini juga juga merupakan bukti dan simbol hubungan sejarah antara Tiongkok dan Aceh sejak abad ke-15.

Masjid Raya Baiturrahman

Masjid Baiturrahman dibangun oleh pemerintah Belanda sebagai pengganti masjid yang sama namanya yang dihancurkan oleh Belanda sebelumnya pada tahun 1874.Jadi dalam rangka mengambil hati rakyat Aceh, masjid ini dibangun kembali. Peletakan batu pertamanya pada bulan Oktober 1879 dan selesai pada Desember 1881. Arsiteknya adalah seorang Belanda yang bernama Bruins dari Departemen PU.Bahan bangunannya banyak yang di impor dari luar negeri seperti batu pualam dari Tiongkok dan besi jendela dari Belgia.



Pembangunan Masjid Baiturrahman ini dilaksanakan oleh seorang pemborong atau kontraktor Tionghoa yang bernama Lie A Sie. Bukan saja kontraktornya seorang Tionghoa, para pekerjanya pun hampir sebagian besar terdiri dari pekerja orang Tionghoa yang memiliki ketrampilan khusus, karena bangunan konstruksi dan detailnya cukup rumit. Orang Aceh yang diharapkan dapat bekerja disana ternyata sangat mengecewakan bouwherrnya. (Sejarah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh, Depdikbud, 1991). Pada peristiwa tsunami tahun 2004, bangunan masjid ini berdiri dengan ajaib, kokoh dan tidak mengalami kerusakan yang berarti, walaupun diterjang oleh pasang air laut yang dahsyat.

Tsunami

Pada peristiwa tsunami tahun 2004, banyak warga Tionghoa Aceh yang menjadi korban dan meninggal. Sekitar 6000 orang Tionghoa telah mengungsi ke Medan dan ditampung di kamp Metal. Di kamp pengungsian Medan ini bukan hanya warga Tionghoa saja yang ditampung untuk mendapatkan akomodasi dan perawatan, warga dari etnis lainpun ditampung di kamp-kamp pengungsian tersebut, tanpa perbedaan..



Diperkirakan sekitar 1000 warga Tionghoa meninggal pada waktu peristiwa tsunami itu yang kebanyakan bermukim di "Peunayong" atau pusat perniagaan, perdagangan atau pecinan di Banda Aceh. Mereka juga banyak yang mengeluh, bahwa toko-tokonya ada yang dijarah ketika itu (sekitar 60% pertokoan di Banda Aceh milik warga Tionghoa). Tidak semua warga Tionghoa itu ekonominya berkecukupan atau kaya di Banda Aceh, warga Tionghoa yang miskin pun dapat
dijumpai disana seperti mereka yang tinggal di Kampung Mulia dan Kampung Laksana, yang tak jauh dari Peunayong. Dan tidak semuanya warga Tionghoa dari Banda Aceh ini mengungsi ke Medan, beberapa diantaranya tetap bertahan di Banda Aceh, seperti sepasang suami istri pemilik toko kaca mata "Joy Optikal", dimana separuh pelanggannya telah meninggal dunia. Pemilik toko Jay Optikal, Maria Herawati berkata "Hidup atau Mati, saya akan tetap tinggal di Aceh" (The Christian Science Monitor, February 18, 2005).

Kepedulian komunitas Tionghoa terhadap Aceh dapat dilihat juga dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh berbagai organisasi dan individu Tionghoa pada waktu pasca bencana tsunami dengan memberikan bantuan yang dibutuhkan, termasuk juga warga Tionghoa Indonesia yang bermukim di Amerika Serikat seperti ICCA (Indonesian Chinese American Association) yang berkedudukan di Monterey Park, California serta Organisasai- organisasi Tionghoa lainnya dari Singapore, Malaysia dan Taiwan juga datang memberikan bantuan.

Pemerintah Tiongkok-pun telah mengirimkan 353 kontainer berisi bahan bangunan untuk membangun sekolah di Aceh. Bantuan dengan berat total 7000 ton itu akan dipakai untuk membangun 60 sekolah yang masing-masingnya terdiri dari 15 kelas. Bantuan ini diberikan sesuai dengan permintaan pemerintah Indonesia. Selain itu Dubes Tiongkok untuk Indonesia , Lan Li Jun, mengatasnamakan sumbangan dari rakyat Tiongkok, memberikan sumbangan 12 juta dolar lebih untuk membangun pemukiman baru dengan 660 unit rumah tipe 42 di Desa Neuheuen, kabupaten Aceh Besar. Selain perumahan yang dibangun diatas lahan seluas 22,4 ha itu, akan dibangun juga gedung TK, SD, pertokoan, Puskesmas, balai pertemuan, tempat bermain dan lapangan sepakbola. Perumahan ini nantinya akan dinamakan Kampung Persahabatan Indonesia-Tiongkok.

Pasca tsunami dan rekonstruksi Aceh

Berdasarkan pengalaman yang lalu, seperti pada pasca kerusuhan di Maluku (Ambon, Ternate dan Halmahera), pembangunan kembali atau rehabilitasi suatu daerah pasca bencana, dibutuhkan suatu kegiatan ekonomi untuk benar-benar dapat kembali seperti sedia kala. Adalah tidak cukup hanya terbatas pada rehabilitasi tempat tinggal, prasarana teknis dan sosial lainnya. Memiliki tempat tinggal tetapi tidak ada kegiatan ekonomi, berarti juga tidak memecahkan masalah

Tanpa adanya kegiatan ekonomi atau aktivitas perdagangan, sulit kiranya untuk berjalan normal kembali, seperti kemana rakyat nantinya menjual hasil buminya atau tangkapan ikannya. Secara tradisionil dan sederhana, seorang nelayan misalnya dapat berhutang dahulu kepada seorang pedagang atau Taoke setempat sebelum melaut (untuk mendapatkan bahan bakar, es batu untuk mengawetkan ikan, makanan, sewa perahu, perlengkapan menangkap ikan, dll).

Hasil tangkapannya atau hasil bumi ini biasanya ditampung dan dibeli oleh para pedagang setempat dan sebagian dipergunakan untuk membayar hutang atau uang mukanya kembali. Selebihnya dipergunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari yang disalurkan oleh para pedagang sebagai distributornya, dengan demikian kegiatan ekonomi dapat berjalan lagi. Suka atau tidak suka, model atau interaksi perdagangan inilah yang telah berfungsi sampai sekarang.

Metode canggih dan modern seperti mendapatkan kredit dari Bank Perkreditan Rakyat setempat, relatif sukar untuk dilaksanakan bagi nelayan atau petani kebanyakan, karena prosedur dan birokrasinya berbelit serta makan waktu dan biaya, pada umumnya mereka tidak memiliki aset yang dapat dijadikan agunan atau kolateral, kecuali tenaga kerjanya sendiri. Karenanya Gubernur Maluku telah menghimbau kepada warga Tionghoa yang berasal dari Ambon dan Ternate, untuk kembali kesana untuk menjalankan roda perekonomiannya kembali.

Demikian juga dengan di Aceh, warga Tionghoa dapat berperan menjalankan roda ekonominya kembali di Aceh. Berbeda dengan di Maluku, Aceh banyak menerima bantuan-bantuan dari lembaga Internasional. Tetapi inipun harus dilanjuti dengan suatu kegiatan ekonomi.

Kedudukan Geo-Strategis Aceh

Aceh dikenal sebagai salah satu provinsi yang kaya akan sumber alamnya di Indonesia dan kelebihan Aceh dibandingkan dengan propinsi lainnya di Indonesia adalah lokasinya yang strategis sama seperti pada abad-abad yang lalu. Aceh terletak di jalur lalu lintas pelayaran Internasional atau disebut SLOC (Sea Lines of Communication) yaitu di selat Malaka yang sangat strategis dan merupakan pintu gerbang yang menghubungi lautan Pasifik dengan lautan Hindia.

Selat Malaka yang panjangnya sekitar 900 km itu diliwati sekitar 50.000 kapal setiap tahunnya serta 11 juta barel minyak diangkut oleh kapal tanker melintas selat ini setiap harinya, serta seperempat perdagangan dunia dan 80% kebutuhan minyak Jepang dan Tiongkok diangkut melalui selat ini.

Dari segi geografis, Aceh terletak berdekatan dengan pusat-pusat pertumbuhan baru di abad 21 yaitu Tiongkok dan India. Dengan kedua negara ini, Aceh telah memiliki hubungan perdagangan yang bersejarah sejak beberapa abad yang lalu. Jadi Aceh terletak dipersimpangan jalur perdagangan internasional dan budaya. Karena posisinya yang strategis ini maka Aceh menjadi pusat pertemuan, perhatian dan kepentingan pihak-pihak nasional dan internasional serta negara lainnya. Maka tidak heran kalau negara EU dan negara lainnya berkepentingan menjadi mediator perdamaian di Aceh dan beberapa orang-orang penting seperti Clinton, mantan presiden AS juga datang berkunjung ke Aceh lebih dari satu kali..

Pada perang kemerdekaan 1945, menjelang persetujuan Renville, Belanda meningkatkan blokade ekonominya terhadap Republik Indonesia, terutama di Jawa dan Sumatera. Sejak itu pemerintahan RI melakukan berbagai usaha untuk menembus blokade ini dari Aceh keluar negeri (Malaya, Singapura, Thailand). Selama perang kemerdekaan, Aceh tidak pernah dikuasai Belanda. Dengan demikian Aceh merupakan daerah aman atau basis untuk menampung senjata yang didatangkan dari luar negeri. Dalam hubungan ini seorang Tionghoa, Mayor John Lie beserta kawan-kawannya berhasil menerobos blokade Belanda melalui Aceh dengan mempergunakan speed boat, dan salah satu speed boatnya terkenal dengan nama " The Outlaw".

Sumber : http://www.acehbesarkab.go.id

Readmore.....“HUBUNGAN SEJARAH ACEH & TIONGKOK”

Free MP3 Aceh ...Ramlan Yahya

1.Dek Cut - Ramlan Yahya :Download

2.Duroe meubisa - Ramlan Yahya :Download

3.Hana Guna - Ramlan Yahya : Download

4.Marcelina - Ramlan Yahya : Download

5.Meunyeusai - Ramlan Yahya :Download

Readmore.....“Free MP3 Aceh ...Ramlan Yahya”

Free MP3 Aceh ...Rajawali Band

1.Aneuk Yatim - Rajawali Band :Download

2.Beujroh - Rajawali Band :Download

3.Haba peuingat - Rajawali band : Download

4.Oh watee mate - Rajawali band : Download

5.Tanoh pusaka maja - Rajawali band :Download

6.Wasiet ureung syik - Rajawali band :Download

Readmore.....“Free MP3 Aceh ...Rajawali Band”

Thursday, October 8, 2009

Fenomena mata langit .. benarkah..?

Setiap Fenomena yang terjadi dibumi ilahi ini selalu menjadi berita yang selalu ingin diketahui /dilihat oleh manusia..itu wajar..karena setiap kejadian diluar batas dan tidak masuk akal selalu menjadi daya tarik sendiri seperti Fenomena luarbiasa yang baru-baru ini terjadi yaitu FENOMENA MATA LANGIT yang dikaitkan dengan kejadian gempa di padang dan acara ritual di Bali, inilah kita manusia selalu mengkaitkan sebuah fenomena dengan kejadiaan yang sedang terjadi saat ini terjadi.

Mungkin sobat mau download silakan klik kata Download atau kata Fenomena Mata Langit dibawah video ini.




Download - Fenomena Mata Langit

Subahanallah..BENAR TIDAKNYA FENOMENA ITU TERGANTUNG PADA PANDANGAN KITA MASING-MASING , Berikut dibawah ini beberapa pandangan dan lokasi kejadian FENOMENA MATA LANGIT yang saya kumpulkan dari berbagai sumber :

1. Fenomena Alam 3 Jam Setelah Gempa ini membuat Bulu Kudukku Merinding setelah melihatnya...Yang Mengambil Gambar "Tidak Sengaja ini" sebenarnya hanya
mau mengambil gambar genteng rumah yang pada roboh akibat gempa tapi
Allah Membuat Teguran Kepada Manusia..Mata Langit seperti sedang murka pada bumi serta penghuni dan isinya.. ( Facebook - Mohammad Ikhsan Mantu )


2. Video ini kata teman saya diambil diatas pura di daerah Besakih - Bali. Namun setelah saya browsing internet, ada yang mengatakan bahwa penampakan ini terjadi di propinsi Xin Jiang - RRC. Tapi ada lagi yang mengatakan bahwa penampakan ini terjadi di daerah Yunani. Entah siapa yang benar, namun menurut saya, penampakan ini sangatlah menakjubkan. That's amazing! ( http://mydesitube.com )

3.Kejadian aneh selepas subuh... di Bandar Bozkir , Konya , Turkey ( http://mydesitube.com )

4. sepasang mata terlihat di awan di daerah solo New Fenomena , Solo - Indonesia at March 2009 ( http://mydesitube.com )

5. Subhanallah, ini juga terjadi di gorontalo. setelah badai tiba-tiba terdengar suara adzan dari langit. dan ternyata kamera menangkap awan yang menyerupai mata dab hidung...( http://mydesitube.com )

6. Di hari Jumat, 24 April 2009 kemarin umat Hindu di Bali menyelenggarakan upacara penutupan Tawur Panca Bali Krama di Pura Besakih. Upacara ini digelar setiap 10 tahun sekali, yaitu pada Tilem Caitra/Kasanga ketika tahun Saka berakhir dengan 0 atau rah windhu.Nah, setelah upacara penutupan Tawur Panca Bali Krama di Pura Besakih selesai, ada fenomena alam yang menyerupai dua mata dan hidung di awan, berhasil terekam camera handphone seorang peranda di besakih, waktu bersih2.( http://www.tetestinta.com )

7. Hasil Rekayasa arena ada video serupa di youtube yang telah di posting tahun 2007 silam ( http://www.dstudiobali.com/webdesign/dua-mata-di-langit-besakih-benarkah/ )

8. Hasil Rekayasa : Satu hal lagi yang membuat saya yakin itu hasil rekayasa adalah video itu sudah ada di YouTube sejak tahun 2007 ( http://www.madegelgel.com/2009/05/penampakan-mata-tuhan.html )

Video Youtube tahun 2007



Bagaimana pandangan sobat tentang Fenomena di atas ...?

Readmore.....“Fenomena mata langit .. benarkah..?”

Monday, October 5, 2009

GEMPA BUMI

Misteri apa yang tersembunyi di balik gempa bumi yang tidak pernah berhenti memangsa manusia dan isinya di setiap sudut bumi gempa melanda...hanya Tuhan yang tahu.



Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Kata gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan.( http://id.wikipedia.org )

Manusia bisanya hanya mencari sebab setelah gempa melanda walau segala macamperalatan telah diciptakan untuk mengantisipasi bencana tapi manusia tetaplah manusia,manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan dan Tuhan tidak akan pernah membocorkan rencanya kepada manusia ciptaannya kecuali manusia pilihannya.

Ini salah siapa ini dosa siapa ,korban berjatuhan bertumbangan disaat bencana,kematian paling menyedihkan dialami manusia,kerusakan-kerusakan tidak masuk akal menimpa bumi,misteri yang tak terpecahkan tetap misteri.

Manusia sudah berusaha sampai batas kemampuan denga melakukan penelitian dan penyelidikin yang takpernah berhenti dan berusaha mengatasi segala kemungkinan sebelum gempa terjadi,tapi apa daya manusia terhadap sedikit kemurkaan Tuhan ini.

Saya turut berduka cita dan belangsungkawa atas musibah gempa bumi yang menimpa saudara-saudara kita di sumatra barat yang terjadi pada pukul 17.16.09 WIB, Rabu, 30 September 2009 dengan goncangan gempa 7,6 SR.di lokasi 0.84 Lintang Selatan dan 99.65 Bujur Timur. Pusat gempa berada di arah 57 kilometer barat daya Pariaman, Sumatera Barat.Dari data Satkorlak Sumbar hingga pukul 19.00 WIB 4 Okt 2009, jumlah korban yang tewas akibat gempa terus merangkak naik dan telah mencapai 605 jiwa. Dengan rincian 231 (Padang), 49 (Kota Pariaman), 4 (Kota Solok), 276 (Kabupaten Padang Pariaman), 32 (Kabupaten Agam), 3 ( Kabupaten Pasaman Barat), dan 10 orang (Kabupaten Pesisir Selatan).





Semoga korban yang sudah meninggal sudah tenang dan selalu diterima disisi_Nya ( Innalillahi wa innailaihi rraji,un )

Semoga yang masih hidup tabah dan tawakal dalam menerima cobaan ini,karena setiap cobaan yang diberikan oleh Allah Swt selalu ada rahmat dan hikmah sesudahnya.

Terima kasih kita ucapkan kepada media,LSM,Tim SAR dan Relawan yang telah meluangkan dan menyisihkan waktu dan tenagan dengan tulus dan ikhlas di seluruh penjuru nusantara untukmembantu saudar-saudara kita yang sedang ditimpa bencana.

Bagi yang mampu,mari kita sisihkan sumbangkan dengan ikhlas apa yang patut kita sumbangkan baik uang,sandang pangan maupun do,a untuk saudara kita di sumatra barat melalui Media,Tim SAR dan Relawan di tiap daerah masing-masing.

Sumber Foto :http://www.padang-online.com

Readmore.....“GEMPA BUMI”

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008 Aceh Blogging

Back to TOP